Acuan
resusitasi pada bayi dan anak telah dibuat oleh konsil resusitasi eropa. Acuan
ini diambil dari informasi berbasis kejadian dari ILCOR (International Liason
Comitee on Resucitation)
Etiologi
Penyebab
henti jantung dan respirasi pada anak-anak bereda dengan dewasa. Dimana
ventrikel fibrilasi atau disritmia jantung menjadi penyebab utama henti jantung
pada orang dewasa, hal ini jarang pada anak-anak. Anak-anak rentan terhadap
kegagalan respirasi yang nantinya akan menyebabkan terjadinya hipoksia atau
bahkan asidosis, bradikardi dan henti jantung. (Lihat tabel 1). oleh karena
itu anak-anak mempunyai periode jedah yang lebih lama apabila dilakukan terapi
yang benar untuk henti jantung. Namun dengan lamanya periode tersebut maka
anak tersebut akan mengalami kerusakan fisik yang berat, dan meskipun telah
terselamatkan, kerusakan yang menetap sering terjadi, terutama kerusakan
neurologis.
Penyebab henti jantung
Penyebab
henti jantung pada pediatri berbeda antara neonates dan bayi/anak-anak yang
berada di rumah sakit dan di lingkungan luar. Hasil akhir terapinya juga
berbeda.
Penyebab
utama henti jantung pada anak-anak
Respirasi
- Aspirasi benda asing
- Croup/epiglotitis
- Kematian mendadak pada anak (sudden Infant Death Syndrome/SIDS)
- Asma
Kecelakaan
- Tenggelam
- Kecelakaan lalulintas
- Trauma kepala
- Luka selain kecelakaan
- Keracunan
Penyebab
lain
- Aritmia jantung, pada anak dengan kelainan jantung
- Sepsis
- Meningitis
- Kejang
- Gangguan elektrolit, penyakit metabolic
Trauma
merupakan penyebab searuh kematian pada anak umur 1-14 tahun
·
50% RTA
·
25% terjatuh
·
15% luka bakar
Tabel
1. Tanda-tanda dan kumpulan gejala yang mengindikasikan henti jantung dan
pernafasan pada pasien pediatric.
Faktor-faktor
yang harus dipertimbangkan ketika merawat anak dengan keadaan sakit kritis
antara lain:
·
Penentuan derajat kesadaran
– catat GCS
·
Ketidakstabilan hemodinamik
·
Penentuan metabolism obat
pada pasien syok
·
Pengosongan lambung yang
tertunda
Hasil
akhir
Secara
umum angka keberhasilan hidup adalah 14% (angka keberhasilan hidup untuk henti
jantung di luar rumah sakit 7% sedangkan angka keberhasilan hidup untuk henti
jantung di dalam rumah sakit adalah 22%).
Keberhasilan
tergantung pada penyebab henti jantung dan lokasi. (diluar rumah sakit, di
rumah sakit, di dalam ICU). Kualitas hasil resusitasi juga beragam.
Penyebab
henti jantung pada bayi < 1bulan
·
Kelainan congenital
·
SIDS
·
Trauma
Resusitasi
pada bayi baru lahir
Penentuan
nilai APGAR adalah penilaian awal yang digunakan pada persalinan. (Lihat tabel 2) APGAR dinilai pada menit 1,5 dan 10. APGAr yang rendah <6 dalam 1
menit menunjukkan terjadinya asfiksi dan kemungkinan adanya asidosis, kecuali
pada bayi dengan berat lahir yang rendah, dimana nilai APGAR yang rendah tidak
selalu disebabkan oleh asfiksi. APGAR <3 menunjukkan asfiksi berat. Bayi ini
membutuhkan penanganan resusitasi yang aktif.
Tabel 2. Penentuan nilai APGAR
Tanda
|
Nilai
|
||
0
|
1
|
2
|
|
Denyut Jantung
|
Tidak ada
|
< 100 x/ mnt
|
>100 x/mnt
|
Efek respirasi
|
Tidak ada
|
Pelan ireguler
|
Baik
|
Tonus otot
|
Lemah
|
Terkadang fleksi
|
Aktif
|
Reflek Iritabilitas
|
Tak berespon
|
Menyeringai
|
Batuk/bersin
|
Warna
|
Pucat/ kebiruan
|
Tubuh merah muda
ektremitas biru
|
Merah muda
|
Manajemen
meliputi:
- Keringkan dan hangatkan bayi.
- Bersihkan jalan nafas, beri oksigen.
- Gunakan ambu bag, masker untuk membantu pernafasan.
- Tekan dada jika denyut jantung < 60 x/menit. Tempat terbaik untuk menilai denyut jantung adalah pada arteri umbilicalis atau arteri aksilaris atau pulsasi jantung langsung pada dinding dada.
- Manajemen lebih lanjut meliputi pemasangan akses intravena, pemberian adrenalin (epinefrin), volume (0,9% natrium klorida), glukosa, jika terjadi hipoglikemia, dan natrium bikarbonat untuk terapi asidosis.
Pediatric life support
Basic life support (BLS)
Teriak
memanggil bantuan
Evaluasi
ABC
Cek
respon
AIRWAY
- Head tilt/chin lift
- Bersihkan segala benda-benda asing yang mengganggu
BREATHING
- Mulai nafas dari mulut ke mulut jika tidak ada tanda-tanda respirasi dalam 10 detik (mulut ke hidung jika pada anak kecil).
- Beri oksigen jika memungjinkan
SIRKULASI
- Cek arteri karotis atau arteri brakialis
- Mulai kompresi dada seawal mungkin jika denyut jantung <60 x/menit, atau bila ditemukan gejala perfusi yang menurun.
Gambar
1 dan 2 memperlihatkan algoritme BLS dan ALS pada pediatric
Peralatan
yang dipergunakan pada resusitasi
- Suction
- Guedel dan sungkup muka dengan berbagai jenis dan ukuran
- Self-inflating bag (AMBU bag) yang dibuat dengan tiga ukuran
- Neonatal 240 ml
- Anak 500 ml
- Dewasa 1600 ml
Jika dibutuhkan, kantung yang lebih besar
bisa digunakan pada pasien anak selama tetap diperhatikan gerakan dada pada
setiap ventilasi untuk meyakinkan bahwa tidak terjadi ventilasi yang terlalu
berlebihan.
- Laringoskop.
- LMA.
- Pipa trakeal yang telah ditentukan (pada keadaan darurat pilih pipa trakeal dengan diameter luar sesuai jari kelima anak).
- Bougie/stylet.
- Kateter vena,cairan IV.
- Jarum intraoseus.
- Beberapa jarum suntik, kain pembersih, NGT
- Monitoring : EKG, SPO2, NIBP, ETCO2, temperature
- Set trakeostomi darurat.
Meskipun suhu dingin
memberikan proteksi otak, namun pada bayi dan anak kecil terjadi kehilangan
panas yang hebat,. Selimut hangat, pemanas diatas kepala, cairan iv yang hangat
dan mempertahankan suhu yang hangat adalah hal yang penting.
Hipotermia ditoleransi lebih baik pada anak daripada dewasa. Kesembuhan secara menyeluruh setelah henti sirklasi telah dilaporkan pada lingkungan yang dingin.
Pita broselow yang membantu untuk memperkirakan dosis obat sesuai dengan berat badan.dan tinggi anak.
Hipotermia ditoleransi lebih baik pada anak daripada dewasa. Kesembuhan secara menyeluruh setelah henti sirklasi telah dilaporkan pada lingkungan yang dingin.
Pita broselow yang membantu untuk memperkirakan dosis obat sesuai dengan berat badan.dan tinggi anak.
Algoritme resusitasi
seperti: The European Rescutcitation Council, The Oakley Chart.
Gambar 1. Pediatric Basic Life Support (BLS)
Gambar 2. Pediatric ALS - CPR
Diterjemahkan dari :
Paediatric and Neonatal Anaesthesia: Anaesthesia in a Nutshell, Chapter 18