Pada keadaaan yang memungkinkan,anestesi lokal
sebaiknya digunakan untuk melengkapi anestesi umum (lihat tabel .1)
Tabel 1. Keuntungan dan Kerugian dengan anestesi lokal
|
|
Kentungan
|
Kerugian
|
Penyembuhan nyeri cepat
|
Resiko infeksi
|
Mobilisasi dini
|
Efek samping individual blok
|
Berkurangnya penggunaan
analgesik seperti morphine
|
Berpotensi meningkatkan kerusakan saraf yang mana biasanya dilakukan di bawah
anestesi umum
|
Nausea dan vomiting
kurang
|
Resiko intoksikasi obat
|
Berkurangnya respon
fisiologis terhadap pembedahan
|
|
Berkurangnya kebutuhan
anestesi
|
Rute
pemberian umumnya meliputi :
- Topikal
- Infiltrasi lokal
- Blokade saraf perifer
- Blokade saraf sentral, spinal, epidural
Setiap teknik mepunyai komplikasi potensial.
Jika perencaan anestesi dengan menggunakan teknik yang spesifik, sangatlah penting
untuk mendiskusikan resiko dan manfaat setiap blok dengan keluarga dan anak. Dan saat blokade lokal atau sentral tidak tepat, infiltrasi luka
secara sederhana biasanya memberikan analgesia yang luar biasa selama beberapa
jam pasca operasi.
Kontraindikasi
teknik anestesi lokal
- Koagulopati
- Infeksi lokal atau sistemik
- Kelainan anatomi lokal
- Kelainan neurologis lokal
- Sensitif terhadap obat anestesi lokal
- Pasien menolak
Obat-obat Anestesi Lokal
Dosis
Maksimum obat anestesi lokal
Efek toksik anestesi lokal tergantung pasda
konsentrasi plasma, dosis maksimum yang aman merefleksikan petunjuk umum (lihat tabel 2).
Level
plasma dipengaruhi oleh :
- Dosis yang diberikan.
- Tempat pemberiannya, misalnya absorbsi dari ruang apidural lebih besar disbanding dari infiltrasi subkutaneus. Catatan : injeksi intravaskuler yang tidak disengaja merupakan penyebab utama toksisitas.
- Penggunaan adrenalin (epinefrin), terutama dengan lignokain, yang mana mengurangi absorbsi.
- Absorbsi, distribusi dan metabolisme obat itu sendiri.
Tabel 2. Dosis Maksimum yang direkomendasikan
|
||
Obat
|
Anak (mg/kg)
|
Konsentrasi %
|
Bupivakain
|
2.5
|
0.25, 0.5
|
Lignokain
|
3 (murni)
7 (dengan epinefrin)
|
0.5, 1.0
|
Ropivakain
|
0.2
|
|
Prilokain
|
5
|
0.5, 1.0, 2.0
|
Levobupivakain
|
2.5
|
0.25, 0.5
|
Toksisitas anestesi lokal
Sebagian besar blok pada anak-anak dilakukan
mengikuti induksi anestesi umum, sehingga tanda-tanda awal toksisitas yang
tergambarkan pada orang dewasa tidak terlihat. Semua pasien sebaiknya dimonitor
selama induksi dan penempatan blok. Perhatian besar terhadap dosis dan tindakan
saat melakukan blok sangatlah penting. Injeksi intravaskuler yang tidak
disengaja harus dihindari. Jika aspirasi darah terjadi selama penempatan blok,
posisi jarum/kateter sebaiknya dinilai lagi. Walau jarang, sensitivitas akut
terhadap anestesi local dapat terjadi. Disritmia, hipotensi, konvulsi atau
henti jantung dapat terjadi akibat toksisitas. Toksisitas terhadap jantung
terkait bupivakain biasanya resisten terhadap pengobatan. Paevobupivacaine
lebih aman. Walau jarang, sensisitivitas akut terhadap anestesi lokal dapat
terjadi.
Obat anestestik topikal
Ametop
- 4% amethocaine (tetracaine)
- Tidak direkomendasikan pada neonates atau bayi prematur, sebagaimana absorbsinya cepat yang mana dapat sebabkan toksisitas potensial.
- Reaksi kulit umum terjadi
- Diberikan sekurang-kurangnya selama 45 menit
- Jangan meninggalkannya lebih dari 1 jam oleh karena luka bakar akibat aplikasi yang lama telah dilaporkan
- Anestesia bertahan selama 4-5 jam
EMLA
- 1 mL terdiri dari 25 mg prilokain dan 25 mg lignokain
- Diberikan sekurang-kurangnya selama 60 menit
- Reaksi kulit ( kurang sering dibanding dengan ametop)
- Resiko methaemoglobinaemia jika dosis besar digunakan
- Tidak direkomemndasikan <1 tahun akibat terkait toksisitasnya.
Tabel 4. Adjuvan terhadap anestesi lokal
|
|||
Obat
|
Dosis
|
Formulasi Umum
|
Digunakan untuk
|
Adrenaline
(epinefrin)
|
5-10 ug/kg
|
1 dalam 200000
(5 ug/mL)
1 dalam 100000
(10 ug/mL)
1 dalam 80000
(12.5 ug/mL)
|
Sebagian besar blok,
kecuali digiti dan penis
|
Clonidine
|
1-2 ug/kg
|
Caudal/epidural
|
|
Morphine
|
20-100 ug/kg
|
Caudal/epidural
|
|
Fentanyl
|
1-2 ug/kg
|
Caudal/epidural
|
|
Ketamine
|
0.5 mg/mL
|
Caudal/epidural
|
Adrenaline (epinefrin)
(Kotak 14.3)
- Vasokonstrikstor.
- Mengurangi absorbsi vaskuler, sehingga lebih efektif pada membran.
- Memperpanjang lama kerja anestesi local. Efek ini lebih besar dengan lignokain dan kurang dengan bupivakain dan ropivakain.
- Digunakan pada test dose untuk mengecek injeksi intravaskuler sehingga tidak terjadi.
Clonidine
- Digubnakan pada kaudal dan epidural
- Memperpanjang analgesia 2 kali
- Meningkatkan sedasi
- Dapat menunda pemulangan pada rawat jalan
- Hipotensi dapat terjadi ketika digunakan dengan kaudal bupivakain dan sering dihindari pada kasus rawat jalan.
Ketamin
- Sebagai tambahan pada kaudal dan epidural.
- Memperpanjang analgesia 4 kali.
- Dapat menunda pemulangan pada rawat jalan.
Opiat, opiod seperti
morphine, fentanyl
- Digunakan pada kaudal dan epidural
- Meningkatkan dan memperpanjang analgesia
- Efek samping yang potensial meliputi :
- Gatal
- Mual dan muntah
- Apnea
- Delayed respiratory depression
- Retensi urin
- Tidak digunakan pada kasus rawat jalan terkait dengan Delayed respiratory depression
Blok anestesi lokal yang umumnya
digunakan pada pediatrik
Sebuah kanula IV ditempatkan dan rutin
dimonitor sebelum memulai blok apapun itu. Semua blok lokal dilakukan dengan
teknik steril. Jarum dengan bevel yang pendek berguna untuk mengindentifikasi
lapisan jaringan dan kurang traumatik terhadap saraf. Stimulator saraf berguna pada blok, seperti
pleksus brachial, untuk mengurangi resiko kerusakan saraf pada anak-anak yang
teranestesi.
Infiltrasi lokal
Hal ini sederhana dan dapat dilakukan di
sebagian besar tempat. Infiltrasi dapat dilakukan sebelum atau sesudah
anestesi. Perhatian harus diberikan agar tidak melebihi dosis maksimum yang
direkomendasikan.
Infus subkutaneus menggunakan fine-bore catheter yang dihubungkan ke syringe pump berguna pada pasca operasi.
Sebagai contoh, pada tempat graft tulang donor, bupivakain 0.25% pada 2-4
ml/jam.
Anestetik
topikal
EMLA atau ametop topikal berguna juga pada
sirkumsisi, biopsi atau tempat donor kulit. Perhatian khusus untuk menghindari aplikasi
yang berlebihan jumlahnya baik itu pada pemberian tunggal ataupun pada
penggunaan ulangan. Absorbsi sejumlah anestesi lokal dapat terjadi jika area
kulit donor besar yang tidak ditangani. Onset kerja lebih cepat dengan ametop
daripada EMLA dan vasodilatasi lebih sering, tapi efek samping, seperti iritasi
kulit, lebih besar.
Blok dental
Digunakan terutama oleh dentist untuk
memberikan analgesia yang mengikuti ekstraksi gigi. Injeksi dilakukan dengan
infiltrasi pada buccal sulcus yang
menyebabkan blok sepanjang saraf buccal. Bloksaraf gigi inferior memberi efek
pada gigi bawah dan sebagian bibir. Infiltrasi buccal dan palatal pada palatum
memberikan analgesi pada repair palatum.
Blok saraf infraorbital, baik secara transkutaneus atau sub-buccal,
memberikan analagesia untuk cleft lip
repairs.
Menggunakan
1% lignokain dengan adrenaline (epinefrin) 1 dalam 80000 atau 0.5% lignokain
dengan 1 dalam 200000 adrenaline (epinefrin). Dosis maksimum adrenaline
(epinefrin) yang direkomendasikan 10 ug/kg.
Blok Infraorbital
Memberikan
alagesia yang baik pada cleft lip repairs
Alat
|
Jarum 23 atau 25 G
|
Teknik
|
Palpasi cekungan infraorbital, insersi jarum secara
perpendicular terhadap kulit sampai menyentuh tulang, dan kemudian tarik
beberapa millimeter. Jika tes aspirasi negatif maka masukkan anestesi lokal.
|
Dosis
|
0.5-0.75 ml 0.5% bupivakain
|
Blok ilioinguinal L1 dan
iliohypogastric T12, L1
Indikasi
: untuk repair hernia, hidrokel atau orchipeksi
Posisi
|
Supine
|
Alat
|
Jarum 22G atau bevel jarum pendek
|
Tempat
|
Identifikasi spina iliaka superior anterior. Insersi jarum 1 cm medial
dan1 cm inferior dari tempat tersebut, rasakan sensasi ‘pop’ pada fascia
oblique internal dan eksternal.
Sebagian dosis diberikan pada titik ini
|
Dosis
|
Volume besar digunakan – 0.25% bupivakain 0.5-1.0
mg/kg. jika blok bilateral yang dilakukan, jangan melebihi dosis yang
direkomendasikan.
|
Resiko/komplikasi spesifik
|
Blok saraf femoral terjadi sekitar 10% yang menyebabkan kelemahan kaki
|
Blok saraf penile dorsal,
S2-4
Indikasi
: untuk sirkumsisi, meatotomi, dan pembedahan hipospadia distal
Posisi
|
Supine
|
Alat
|
Jarum 23
atau 25 G
|
Tempat
|
a) tempatkan jarum pada midline sedikit inferior terhadap symphysis
pubis, dorong lambat, secara vertikal, rasakan ‘pop’ saat melewati Bucks fascia lalu injeksikan anestesi
lokal. Aspirasi sesering mungkin untuk menghindari injeksi intravaskuler.
b) pendekatan lateral menggunakan dua tempat injeksi, keduanya di bawah
pubis tapi setiap 0.5-1.0 cm menjauh dari midline. Masukkan sampai anda ‘pop’
melewati fascia untuk insilasi.
|
Dosis
|
1.0-5.0 ml 0.25% bupivakain. Adrenaline (epinefrin)
sebaiknya tidak digunakan dimana spasme lokal arteri penile dorsal sebabkan
iskemia.
|
Komplikasi spesifik
|
Resiko hematoma corpus cavernosus, terutama dengan pendekatan midline.
Cabang genital dari saraf genitofemoral menyuplai dasar penis sehingga blok penil
tidak digunakan untuk perbaikan hipospadia ekstensifr ketika caudal
memberikan analgesia yang lebih baik.
|
Blok pleksus brachial,
pendekatan aksilaris
Pendekatan yang paling aman untuk memblok
pleksus brachial pada anak-anak. Berguna untuk pembedahan tangan dan distal
lengan.
Posisi
|
Supine dengan shoulder
diabduksi dan elbow difleksikan sehingga tangan berada di samping kepala.
|
Alat
|
Kanula 22 atau 20 G. stimulator saraf dapat
digunakan.
|
Teknik
|
Palpitasi arteri aksilaris di aksilla. Insersi kanula dan rasakan klik
saat melewati axillary sheath.
Aspirasi dan, jikanegatif, injeksikan obat anestesinya.
Tekan lengan di bawah titik injeksi untuk mencegah obat dari penyebaran
ke shealth. Metode alternatif
adalah menggunakan pendekatan trans-arterial untuk injeksi.
|
Dosis
|
Volume besar digunakan, 0.5-1.0 ml/kg 0.25%
bupivakain
|
Komplikasi
|
Blok dapat memiliki efek yang panjang sampai 24 jam dan lengan harus
dilindungi.
|
Great auricular nerve (GAN)
Indikasi
: analgesia untuk koreksi bat ears
(otoplasty)
Posisi
|
Supine dengan kepala
dirotasikan
|
Tempat
|
3 ml; anestesi lokal ditempatkan :
Anterior terhadap mastoid untuk memblok bagian
anterior GAN
Posterior terhadap mastoid untuk memblok
bagianposterior GAN
Anterior terhadap meatus auditori eksternal untuk
memblok saraf auriculotemporal (cabang bagian mandibular dari saraf
trigeminal)
|
Caudal
Berguna untuk pembedahan abdominal (T9 dan
bawah), perineal dan ekstremitas bawah. Bolus inisial bupivakain memberikan 4-6
jam analgesia yang adekuat. Untuk durasi yang lebih panjang, kateter caudal
dapat ditempatkan dan sebuah infus
kontinyu anestesi lokal pasca operatif. Tipe kateter dan obat untuk infusnya
sama dengan yang digunakan pada teknik epidural. Kateter kaudal diinsersi ke
atas ke level abdominal atau torakal yang biasanya sukses pada anak-anak yang
lebih kecil dan bayi.
Posisi
|
Lateral, panggul dan
lutut difleksikan
|
Alat
|
Jarum atau kanula 20-22G , jarum Touhy (jika
kateter digunakan), jarum blok.
|
Metode
|
Identifikasi kornu sakralis, insersi jarum diantaranya ke dalam ruang
sakrococcygeal dengan sudut 90°, kemudian reposisi jarum kira-kira 30°
terhadap kulit dan masukkan kea rah kepala sampai membrane kaudal dilewati.
Cek adanya aspirasi darah atau cairan serebrospinal (CSS). Injeksi anestesi lokal
dengan lambat, aspirasi ulang untuk memastikan tidak adanya aspirasinya darah
atau CSS
|
Dosis
|
0.25% bupivakain, volume tergantung pada level
anestesi yang diinginkan :
Sacral 0.5 ml/kg
Inguinal/hip/ekstremitas bawah 0.75 ml/kg
Abdominal 1.0 ml/kg
Durasi blok diperpanjang dengan klonidin, ketamin
atau opiat (lihat atas)
Pada bayi kecil larutan 0.2% dapat dibuat dengan
mendilusi 4 ml bupivakain 0.25% dengan 1 ml saline dan kemudian menggunakan dosis
maksimum 1 mg/kg.
|
Resiko spesifik
|
Kelemahan kaki umumnya, akibat blok motorik
|
Komplikasi
|
Dural puncture
Hematoma
Injeksi intravaskuler
Riko rasa terbakar jika kaki ditempatkan dekat
radiator.
Retensi urin
|
Spesifik
|
Kelainan sacral, spina bifida, pembedahan spinal sebelumnya
|
Epidural
Indikasi : pembedahan toraks, abdominal,
pelvis, dan ekstremitas bawah. Epidural ‘single
shot’ dengan bupivakain akan memberikan analgesia selama 4-6 jam. Kateter
dengan infus anestesi lokal dapat
dibiarkan selama 2-3 hari.
Metode
|
Blok dilakukan dengan
teknik asepsis seluruhnya, sarung tangan, dan masker muka.
|
Posisi
|
Lateral, lutut dan panggul difleksikan.
|
Alat
|
Jarum touhy 19G dengan kateter 23 G untuk penggunaan pada infant sampai
10kg dan jarum 18G dengan kateter 21 G di atas berat badan ini. Pada
anak-anak di atas 8 tahun touhy 16G dengan kateter 18 G dapat digunakan.
|
Tempat
|
Identifikasi midline ruang intervertebral (biasanya
L2-). Buat insisi kulit kecil, insersi Touhy dengan pelan-pelan sampai
ligamentum flavum, kemudian masukkan dengan menggunakan spoit yang diisi
dengan saline untuk mengindentifikasi loss
of resistance saat memasuki ruang epidural. Jarak antara kulit sampai
ruang epidural dapat diperkirakan dengan beberapa formula menggunakan berat
badan, area permukaan dan umur. Kateter dimasukkan sampai ke level yang
diperlukan : sekitar 4 cm sebaiknya ditinggalkan di dalam ruang tersebut.
Fiksasi dengan hati-hati, oleh karena anak-anak cepat bergerak.
|
Dosis
|
Tergantung pada level sensori yang diblok dan tempat ujung kateter.
Bupivakain 0.25% sampai 0.75 ml/kg untuk operasi abdominal atau toraks. Infus
bupivakain 0.125% 0.1-0.4 ml/kg/jam sebagaimana yang dibutuhkan.
|
Resiko spesifik
|
Teknik sulit
|
Komplikasi
|
Dural tap
Hematoma
Infeksi, superfisial
atau profunda
Hipotensi (tidak biasa
pada anak-anak yang lebih muda)
Injeksi total spinal
Resiko terkait opiat,
jika digunakan
Retensi urin
Kerusakan neurologis
(jarang)
|
Spinal
Indikasi
: terutama pada neonates untuk repair hernia inguinal atau operasi anorektal sekitar 1 jam.
Dikaitkan dengan kurangnya resiko apnea jika
digunakan tanpa sedasi atau anestesi umum. Tekanan darah biasanya dipertahankan
dengan baik sebagaimana pada bayi kecil dimana tidak memiliki tonus vaskuler
yang tinggi, sehingga blokade hanya berefek kecil.
Posisi
|
Lateral, spine
difleksikan
|
Alat
|
Jarum spinal 24 atau 22G
|
Tempat
|
Identifikasi ruang interspuinosus pada L3/4 atau L4/5, (medulla spinalis
sampai L3 pada neonatus)
|
Metode/dosis
|
0.5% bupivakain 0.1 ml/kg
0.5% heavy
bupivakain 0.1 ml/kg
|
Komplikasi
|
Angka kegagalan 10%
Analgesia post operatif sedikit
Resiko blok tinggi menyebabkan kelemahan otot pernapasan
Dural puncture headache pada anak-anak yang
lebih tua)
|
Diterjemahkan dari :
Paediatric and Neonatal Anaesthesia: Anaesthesia in a Nutshell, Capter 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar